Author . Erfan Nasrullah, dr.,M.Ked.Klin, Sp.OT
Author Contact. @erfan.ortho
Smartphone saat ini sudah menjadi perangkat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari komunikasi, dokumentasi, multimedia, fotografi, game, semua bisa dilakukan melalui smartphone. Sejak wabah COVID-19 yang lalu, penggunaan smartphone makin meningkat. Pandemi berimbas dalam perubahan pola kerja dan komunikasi secara global. Penerapan kerja dari rumah atau work from home, menyebabkan kenaikan penggunaan aplikasi berbasis internet di berbagai negara, termasuk komunikasi melalui teks. Aplikasi pesan instan WhatsApp misalnya mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Dilansir dari TechCrunch, Selasa (31/3/2020), sebuah survei yang diadakan pada 25.000 pengguna dan dilakukan di 30 negara selama periode 14-24 Maret 2020 didapatkan pemakaian WhatsApp secara global meningkat hingga 40 persen.
Pengetikan pesan menggunakan smartphone mengharuskan pengguna untuk memposisikan jari sesuai layout keyboard dalam layar. Pengguna biasanya menggunakan kedua tangan untuk mencengkram smartphone dengan telunjuk sebagai penyangga. Sedangkan jempol bergerak kesana kemari untuk mencapai kunci dalam keyboard yang kadang memerlukan posisi yang sebetulnya sangat tidak lazim dan tidak nyaman bagi jempol. Namun kerja keras jempol tersebut seringkali tidak terasakan karena keseruan saat mengirim pesan, padahal jempol bergerak seperti akrobat secara berulang-ulang dengan kecepatan tinggi.
Gerakan ekstrem dan berulang-ulang inilah yang dapat mengakibatkan gangguan pada sistem anggota gerak (muskuloskeletal) dan digolongkan sebagai overuse injury. Berbeda dengan cidera akut—akibat terkena pisau atau mesin misanya—yang langsung mengakibatkan kerusakan jaringan yang nyata, overuse injury muncul akibat cidera ringan yang menumpuk sedikit demi sedikit tanpa tubuh sempat memiliki waktu untuk memperbaikinya. Misalnya pada pelari yang berlatih secara ekstrim terus menerus. Setiap berlari, sebenarnya terjadi retakan kecil pada tulang-tulang kaki. Namun secara luar biasa, tubuh memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meregenerasi kerusakan-kerusakan tersebut. Tapi bila terus menerus mendapat beban tanpa henti, tubuh tidak sempat memperbaiki kerusakan yang ada dan pada akhirnya mengakibatkan nyeri bahkan patah tulang yang nyata.
Hal yang sama bisa terjadi pada jaringan lunak seperti struktur tendon, ligamen, dan otot yang menggerakkan jari-jari tangan. Jaringan tersebut bisa mengalami peradangan, mengakibatkan nyeri dan gangguan fungsi bila dipakai dengan ekstrem. Jurnal Musculoskeletal Research sejak tahun 2010 sudah menangkap fenomena bahwa pertambahan penggunaan smartphone meningkatkan angka kejadian gangguan pada anggota gerak tubuh termasuk pada jari dan pergelangan tangan secara global. Paling tidak terdapat tiga penyakit yang sering terjadi yaitu de Quervain tenosynovitis, trigger thumb, dan carpal tunnel syndrome.
De Quervain tenosynovitis merupakan salah satu overuse injury yang dapat terjadi. Penderita de Quervain merasakan nyeri pada pergelangan tangan pada sisi yang sama dengan pangkal jempol. Penyakit ini dideskripsikan pertama kali tahun 1895 oleh Fritz de Quervain, seorang ahli bedah Swiss. Nyeri pada penyakit ini disebabkan karena iritasi atau peradangan tendon penggerak jempol dan selubungnya saat melewati pergelangan tangan. Gerakan jempol makin memicu nyeri. Beberapa gerakan khusus dapat memprovokasi munculnya nyeri sekaligus digunakan sebagai tes untuk mendiagnosis penyakit ini seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. de Quervain Tenosynovitis
Problem lain yang bisa muncul adalah nyeri disertai kesulitan meluruskan jempol karena seakan-akan tendon penggerak jempol tersangkut pada pangkal jempol (Gambar 2). Bila diraba terdapat tonjolan yang nyeri pada telapak tangan tepat di pangkal jempol. Keluhan ini disebut dengan trigger thumb. Sensasi gerakan jempol yang tersangkut pada selubung tendon tersebut menyerupai gerakan pelatuk senjata sehingga disebut trigger (pemicu/ pelatuk senjata) thumb (jempol). Sebuah studi India pada 117 mahasiswa muda menunujukkan bahwa area pangkal jempol (metacarpophalangeal joint) merupakan daerah yang paling sering mengalami nyeri pada pengguna smartphone yang berlebihan.
Gambar 2. Trigger Thumb
Yang ketiga, rasa kesemutan atau kebas pada jempol, jari telunjuk dan jari tengah juga bisa muncul pada pengguna smartphone. Keluhan ini disebut carpal tunnel syndrome (CTS) yang terjadi akibat terjepitnya saraf medianus di struktur menyerupai terowongan di daerah pergelangan tangan (Gambar 3). Terowongan tersebut dibentuk oleh suatu selaput yang kaku dan tulang-tulang yang keras. Saraf medianus dan sembilan tendon penggerak jari berjejalan melewati terowongan tersebut. Sebuah systematic review dari Hong Kong Physiotherapy Journal yang dipublikasikan tahun 2018 menyebutkan bahwa pemakaian berlebihan tangan dan jempol selama penggunaan smartphone dapat meningkatkan beban pada sendi, meningkatkan tekanan carpal tunnel, pembesaran diameter saraf medianus dan tendon. Kondisi ini menyebabkan saraf medianus terjepit dan terganggu fungsinya.
Gambar 3. Carpal Tunnel Syndrome
Konsep penanganan keluhan akibat overuse ini secara umum sama. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengistirahatkan bagian yang cidera. Banyak penderita yang mengalami perbaikan keluhan hanya dengan mengistirahatkan anggota gerak yang terdampak dan modifikasi aktivitas. Pada beberapa kasus, splint/ brace/ deker yang dipakai sepanjang waktu atau pada malam hari bisa membantu untuk menyangga anggota gerak. Beberapa latihan gerakan terstruktur juga dapat ditambahkan untuk membantu pemulihan.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian obat suntikan jenis steroid dan anti nyeri pada jaringan yang sakit. Cara ini dapat membantu meringankan nyeri dengan menekan proses radang dan pembengkakan pada jaringan yang terdampak. Namun, pemberian obat ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan pertimbangan matang. Jaringan sekitar tangan cukup komplek dan berukuran kecil sehingga memungkinan lokasi suntikan tidak akurat atau bahkan mengenai struktur yang lain. Saat ini, pemberian suntikan dapat dibantu dengan panduan ultrasonography—mesin yang biasa digunakan untuk melihat bayi dalam kandungan ibu hamil—untuk melihat struktur tangan pada proses penyuntikan sehingga pemberiannya bisa lebih tepat sasaran. Pemberian pada lokasi yang salah atau berulang-ulang bisa menyebabkan kurusakan jaringan bahkan bisa mengakibatkan putus tendon.
Pada beberapa kasus, operasi bisa menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan. Operasi yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk membebaskan struktur yang sakit dari jaringan yang menjepit. Dengan irisan kecil pada kulit, selubung yang menjepit dievaluasi kemudian dibelah untuk memberikan ruang bagi struktur di dalamnya. Teknik terbaru saat ini, khususnya pada kasus carpal tunnel syndrome, operasi dilakukan dengan menggunakan bantuan kamera kecil seukuran pensil. Kamera tersebut dimasukkan dalam pergelangan tangan hanya dengan irisan beberapa milimeter saja. Teknik ini disebut dengan endoscopic carpal tunnel release dan diharapkan melalui cara ini luka yang ditimbulkan lebih minimal dan pemulihan bisa lebih cepat.
Namun, tidak ada orang yang mau sakit bukan? “Mencegah lebih baik daripada mengobati” tetap merupakan mantra yang cocok untuk semua jenis penyakit. Ewa Gustafsson seorang occupational therapies dari University of Gothenburg, Swedia, pada Journal Work tahun 2012 memberikan beberapa rekomendasi bagaimana cara mengetik menggunakan smartphone: sangga lengan bawah dengan sandaran lengan, paha atau meja sehingga otot lengan bawah dan pergelangan tangan bisa lebih rileks; gunakan kedua jempol dan jangan mengetik hanya dengan satu jempol, sehingga mengurangi gerakan ekstrim untuk menjangkau letak huruf tertentu dan membagi beban jempol; dan jangan mengetik dengan kecepatan tinggi, berikan jeda untuk tangan beristirahat. Beberapa cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan jari selain jempol untuk mengetik, misalnya dengan telunjuk, sehingga bisa mengurangi beban pada struktur penggerak jempol. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, kita juga bisa memanfaatkan fasiltas speech recognition/ voice message sehingga tidak harus selalu mengetik dengan jari.
Smartphone adalah teknologi yang bertujuan untuk mempermudah hidup. Sekarang tergantung kepada smartpeople yang menggunakannya dengan bijak agar bisa mengambil manfaat dan menghindari efek buruk yang mungkin ditimbulkan.
tips kesehatan Nov 14, 2024
Manfaat dan Panduan Aman Penggunaan Kompres Hangat untuk Nyeri PunggungAuthor . dr. Yvonne Sarah K. Bintaryo, Sp.O.T.Subsp.O.T.B(K)
Medical Nov 13, 2024
Nyeri Tulang? Coba cek yang satu ini: OSTEOARTHRITISAuthor . dr. Nanang Hari Wibowo, Sp.O.T.Subsp.P.L(K)
Medical Nov 12, 2024
Apakah patah pinggul pada pasien lansia harus dioperasi?Author . dr. Glen Purnomo, Sp.OT(K)
Medical Dec 18, 2023
Tak Sendiri Menghadapi Nyeri SendiAuthor . dr. Reyner Valiant Tumbelaka, M.Ked.Klin., Sp.OT
Medical Jun 09, 2023
Kerja Daring Makin Nge-Tren, Waspadai Penyakit Tangan Akibat SmartphoneAuthor . Erfan Nasrullah, dr.,M.Ked.Klin, Sp.OT
Medical Jun 07, 2023
7 Mitos Tulang Keropos: Mana sih yang benar?Author . dr. Kukuh Dwiputra H., Sp.OT(K)